RINDU NINDI NOVERIA

Ketika bangun dari tidur pagi ini, perasaan yang tidak tentu kembali menghantuiku. Semua yang telah terjadi di hari kemarin adalah satu pukulan kecil untuk diriku. Aku harus berusaha lebih dari ini untuk mendapatkan apa yang aku inginkan.

Firasat yang aku rasakan selalu benar. Ya, aku mendapatkan nilai failed di kelas International Marketing. Dan hanya aku sendiri. Bagaimana cara menghilangkan perasaan sedih ini? Bercerita kepada teman-teman Dude? Apa yang akan aku ceritakan kepada mereka. Mereka sudah tau pastinya apa yang aku rasakan saat ini. Sebagian dari mereka mungkin tidak memikirkan perasaan aku yang sedang sedih. Tidak ada yang ingin mendengarkan perasaan yang sedang galau. Mereka hanya diam, dan mampu bertanya,

"Gimana kata lecturenya ndu?"

Dan sedikit kata-kata penyemangat, "Aku rasa, bisa itu. Bapaknya baik, nggak akan failed mata kuliah ini."

Aku hanya bisa tersenyum simpul menanggapi apa yang mereka katakan.

Aku kembali teringat, kejadian di kelas kemarin saat Lecture memperlihatkan nilai yang kami dapatkan. Salah satu temanku, Edo bertanya dengan suara yang lumayan keras, "Eh, siapa itu yang numer matricnya ....76? Failed." Dia mungkin tidak tau, apa yang aku rasa saat itu. Pertanyaannya menyakitiku. Perih.

Sebelum itu, semua teman-teman juga bertanya-tanya, itu siapa? Dan aku hanya berbisik kepada Gilang,
"Itu indu yang gagal lang."

Gilang mungkin juga bingung ingin mengatakan apa, dia cuma mampu mengatakan ," Nanti selesai kelas, omongin sama Lecture-nya ndu."

Saat jalan pulang, aku menangis di bawah hujan. Hujan membuat perasaanku tenang saat itu. Aku tidak ingin pulang dengan kondisi seperti itu. Aku putuskan untuk menenangkan perasaan di kamar Suci dan Icha, tapi aku tidak mendapati mereka di sana. Aku hubungi Ira, ingin ke kamarnya. Ternyata Ira sedang makan di cafe Eon, akhirnya aku kesana dengan basah kuyup. Hujan semakin deras. Saat Ira bertanya, masalah apa yangs sedang aku hadapi, sepertinya berat tanyanya. Aku hanya bisa mengatakan, nggak ada. Aku ingin bercerita dengannya, tapi bibirku tidak mampu berkata apa-apa.

***

Di rumah, kondisi kamar seperti biasanya. Wiga dan Nici sedang asik dengan kegiatan masing-masing di depan Laptop. Dan mereka juga bertanya seperti teman-teman yang lainnya. Jawaban yang aku berikan juga sama. Sebagai orang terdekatku, aku ingin bercerita kesedihan yang aku rasakan. Tapi, sikap mereka tidak menunjukkan kalau mereka peduli denganku.

Setelah beres-beres, aku buka Laptopku. Aku mulai memahami pelajaran marketing yang diulas Bapak tadi. Aku pahami satu persatu. Setidaknya, aku bisa mengerti secara perlahan. Tapi, perasaan ini sungguh tidak bersahabat. Masih tidak tenang. Orang yang berarti buatku, slalu setia menyemangatiku. Jangan pernah menyerah. Semangat ndu, indu pasti bisa. Perasaan semangat kembali mengalir di dalam diriku.


Ingin rasanya berbicara dengan papa dan mama. Tapi, aku urungkan niatku.  Aku tidak ingin mengecewakan mereka. Aku akan berusaha semampuku disini. Aku janji tidak akan mengecewakan mereka. Aku sayang mereka. =)


*Aku pasti bisa. Hamasah !*

2 komentar:

  1. Anonim says:

    like this
    keep hamasah, Nduuu ;)

  2. Makasi uciiii....
    hehehhe...
    :D

Posting Komentar